Mei 2019 - Pojok Investor

Sama-sama Investasi, Kenali Bedanya Saham dan Obligasi



Kenalan dengan Saham dan Obligasi 

Banyak yang mengatakan bahwa saham dan obligasi merupakan dua instrumen investasi yang sama.

Baik saham maupun obligasi sama-sama digunakan oleh mereka yang menanamkan dana untuk jangka panjang dengan return akhir yang berbeda.

Return yang berbeda tersebut diikuti dengan resiko yang berbeda pula. Tingkat resiko yang bervariasi ini disesuaikan dengan tipe investor masing-masing yang lebih suka menaruh dana pada resiko kecil maupun besar.

Perkembangan Saham dan Obligasi di Indonesia

Kedua investasi ini telah menjadi "barang" lama di Indonesia, namun seiring berjalannya waktu terdapat banyak perubahan pada keduanya.

Perubahan tersebut akan sangat terasa apabila kamu membandingkannya dalam 10-15 tahun terakhir.

Salah satu perubahan yang terasa kental adalah deposit awal. Untuk membuka rekening saham diwajibkan untuk melakukan deposit minimal 10 jt berbanding terbalik dengan sekarang yang hanya 100 rb.

Walaupun telah terdapat perbaikan dalam masing-masingnya, namun terdapat perbedaan dasar antara saham dengan obligasi  yang patut diketahui oleh masyarakat awam.

Perbedaan saham dan obligasi
Kepemilikan Atas 

Kertas/lot yang disebarkan dari emiten (perusahaan tbk.) merupakan kepemilikan atas perusahaan tersebut. Sehingga semakin banyak lot yang kamu memiliki, semakin besar kepemilikan kamu atas emiten tersebut.

Namun, jumlah lot yang bisa kamu miliki terbatas dari seberapa banyak emitern tersebut membagikannya ke umum.

Pada obligasi, semakin banyak surat yang kamu miliki menandakan semakin banyak utang perusahaan tersebut yang kamu miliki.

Dikeluarkan Oleh  

Tidak semua perusahaan dapat mengeluarkan saham dan obligasi. Hanya yang terdafd

Lot saham hanya bisa dibeli dari perusahaan yang telah "terbuka" ke umum, hal ini bisa dilihat dari beberapa perusahaan yang memiliki nama tbk. di belakangnya.

Pada Obligasi, surat utang dapat dibeli oleh perusahaan maupun negara yang sebelumnya telah menunjuk agen.  Obligasi dikeluarkan bagi perusahaan atau debitur yang membutuhkan modal dalam bentuk utang.

Keuntungan  

 Setiap instrumen investasi memiliki return yang berbeda-beda, tak terkecualinpada saham dan obligasi.

Walaupun terkenal beresiko, saham menghasilkan return jauh lebih besar dibanding obligasi. Jika di rata-rata kan, saham ini menghasilkan return sebesar  17,52 % . Sedangkan obligasi menghasilkan return sebesar 6,91 % per tahunnya.

Jangka Waktu

Walaupun sama-sama digunakan untuk menyimpan dana dalam jangka panjang. Saham dan obligasi memiliki perbedaan tenggak waktu.

Kamu dapat menaruh dana secara rutin dalam saham dan mendapat return per tahunnya, asalkan emiten tersebut masih tetap berdiri.

Dalam obligasi, jangka waktunya adalah ketika temponya telah berakhir. Tempo waktu ini  berada dalam hitung tahunan, umumnya dalah 1-10 tahun bergantung dari obligasi yang dikeluarkan.

Tingkat resiko

Tiap investasi pasti memiliki resiko dibaliknya. Ada yang beresiko tinggi adapula yang beresiko rendah.

Sudah menjadi rahasia umum di masyarakat bila saham merupakan investasi yang memiliki resiko tinggi. Namun dibalik itu terdapat imbal hasil yang besar juga sesuai dengan perumpamaan "High Risk High Gain".

Dibandingkan dengan saham, obligasi memiliki resiko lebih rendah. Hal ini karena pembayaran kupon  dijamin langsung oleh Undang-undang yaitu UU No. 24 Tahun 2002/UU No. 19 tahun 2008.

Contoh 
Jumlah emiten yang sahamnya bisa dimiliki di BEI adalah sejumlah 712 per Mei 2019. Ini berarti kamu dapat memiliki lot pada 712 emiten tersebut. 

Salah satu emiten ini yang nama nya sering kamu dengar adalah Bank Rakyat Indonesia tbk., Astra Internasional tbk., dll. 

Obligasi dapat dikeluarkan oleh perusahaan BUMN dan swasta maupun negara. 

Obligasi yang umum di Indonesia adalah Obligasi Negara Ritel (ORI) yang dikeluarkan sekali dalam setahun. Sementara dalam BUMN, ada bank seperti BRI, kontruksi seperti Hutama karya, waskita karya, dan sektor lainnya.

Ingin investasi dalam reksadana? kenali Keuntungan dan Kerugian berikut



Trend investasi mulai meningkat seiring dengan berkembangnya zaman. Hal ini karena tingkat pemahanan akan perlunya investasi dalam berbagai bentuk mulai terbentuk di era millennial.
 
Setiap instrument yang tersedia di Indonesia pasti mengalami pertumbuhan jumlah pengguna, baik dari deposito, rekasadana hingga saham. Minat yang tinggi ini dibarengi dengan pesatnya pertumbuhan perusahaan keuangan yang berfungsi untuk memfasilitasi masyarakat yang ingin terjun dalam berbagai instrument investasi. 

Salah satu bentuk investasi yang digemari adalah reksadana. Instrument ini terbagi menjadi 4 macam berdasarkan penempatan uangnya yaitu reksadana pasar uang, pendapatan tetap, campuran dan saham. Tiap tiap reksadana tersebut mmiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan Investasi dalam Reksadana 

Return Melebihi Inflasi 
Return dalam 4 macam reksadana berbeda-beda. Hal ini disesuaikan dengan resiko di dalamnya, jika mengharapkan return yang tinggi namun memiliki resiko yang besar kamu bisa memilih reksadana saham.
Likuiditas Tinggi 
Likuiditas ini membuat reksadana banyak digemari masyarakat. Tak heran apabila banyak orang lebih memilih menyimpan uangnya dalam bentuk reksadana yang minim resiko dibanding menaruhnya dalam tabungan. 

Namun kamu perlu berhati-hati apabila menaruh uang kamu dalam reksadana saham. Tingkat likuiditas akan rendah apabila dana kamu ditaruh dalam emiten-emiten yang memiliki likuiditas rendah.

Tingkat Resiko
Tiap reksadana memiliki tingkat resiko yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut disesuaikan dengan tipe investornya, ada yang menyukai resiko tinggi namun ada yang memilih menaruh uangnya di resiko rendah. 

Reksadana pasar uang merupakan yang memiliki resiko paling rendah karena tidak bengantung pada kondisi pasar, ini berbending terbalik dengan reksadana saham yang bergentung dari nilai IHSG (Index Harga Saham Gabungan). 

Berdasarkan urutannya reksadana yang memiliki resiko paling rendah hingga tinggi dimulai dari reksadana pasar uang, pendapata tetap, campuran dan saham.
Tidak harus dalam Jumlah Besar 
Beberapa investasi ada yang mengharuskan mengeluarkan uang jutaan hingga milyaran. Namun berbahagialah kalian yang hidup di era sekarang, karena banyak juga investasi bisa dilakukan hanya dengan deposit  100.000 salah satunya adalah reksadana. 

Nominal minimum untuk reksadana berbeda beda tergantung dari jenis reksadana, untuk reksadana campuran dan saham diharuskan menyetorkan minimal 100.000 sedangkan reksadana pasar uang dan pendapatan tetap bisa menyetor hanya dengan 10.000. 

Dikelola oleh Profesional
Reksadana merupakan instrumen investasi yang dikelola langsung oleh orang-orang profesional. Perusahaan keuangan yang mengelola dana kita disebut dengan Manager Investasi atau disingkat MI.

MI akan mengelola dana nasabah dengan melakukan diversifikasi produk untuk mengurangi adanya resiko. Teknik ini dilakukan dengan membagi uang nasabah dalam berbagai macam investasi dengan tingkat resiko yang berbeda beda.

Kelemahan investasi dalam Reksadana
Nilai Aktiva Turun
Nilai aktiva sendiri merupakan nilai unit pada reksadana. Perubahan nilai aktiva merupakan hal yang wajar terjadi mengingat kinerja dari reksadana dapat berubah ubah tergantung dari keadaan. 

Nilai aktiva dari reksadana bergantung dari pembagian dalam fortofolio. Jika pasar dalam fortofolio sedang turun maka nilai aktivanya juga akan turun

Bergantung Pada Kondisi Pasar
Pada pembahasan sebelumnya, penurunan nilai aktiva terjadi akibat adanya "goncangan" pada pasar, terutama pada reksadana saham. Jika kondisi pasar instrumen invetasi tertentu sedang tidak bagus, maka reksadana tersebut akan mengalami penurunan. 

Kondisi tersebut dapat dilihat pada tahun 2008, dimana terjadi krisis besar dan menyebabkan index IHSG mengalami penurunan yang dalam, kejadian ini tentu membuat kinerja reksadana saham mengalami pemerosotan.